The Founder


Sekitar 3 kali dalam 2 minggu ini saya nonton film The Founder di tv kabel. Gak bosan. Ada yang sudah pernah nonton juga?. The Founder ini ceritanya tentang brand fastfood yang pasti sudah kita tahu, McDonalds. Gimana restoran ini ada dan bisa sebesar sekarang. Lebih tepatnya ini kisah dari orang yang mengaku foundernya, Ray Kroc.

Ray Kroc ini saat itu usianya sudah 52 tahun, cukup tua untuk seorang salesman alat milkshake. Sebenarnya kondisinya sudah cukup lumayan, tapi begitu-begitu saja. Maklum, Ray Kroc ini orangnya ambisius. Jadi dia ingin lebih dan lebih. Saat itu ada orang yang menghubungi kantornya untuk memesan mixer milkshake sebanyak 6 buah. Dia cukup kaget dan heran, karena selama dia menjual mesin itu, jualan 1 unit pun susahnya minta ampun. Ditolak kanan kiri, atas bawah. Berkali-kali. Kok tiba-tiba ada yang pesan begitu banyak? Akhirnya dia datang survei ke tempat pemesan tadi. Ternyata restoran burger. Dan sangat ramai. Antri. Pada waktu itu booming fastfood, fried chicken dan pembeli cukup nunggu di mobil nanti pesanannya diantar pakai nampan dan piring. Dan biasanya butuh waktu 30 menit, pesanannya datang. Tapi ini beda, pembelinya datang ke kasir, bayar, 30 detik pesanan siap dan pakai bungkusan, tidak pakai nampan dan piring jadi sekali pakai buang ke tong sampah. Beda dari yang lain. Restoran itu McDonalds.

Yang punya Mcdonalds bersaudara. Dick dan Mac. Mereka ngajak Ray ke dapurnya untuk pamer system kerja mereka, namanya Speedy. Kerja efektif dan efisien di ruangan dapur yang terbatas itu. Yang jadi senjata utama servis ke pelanggan yang super cepat itu. Ray langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Selain system, namanya. McDonalds. Menurutnya mewakili Amerika sekali. Ray mengusulkan untuk dibuat franchise agar bisa banyak buka cabang, tapi Dick & Mac menolak. Trauma karena tidak bisa menjaga standard yang mereka tetapkan. Ray terus merayu, akhirnya disetujui dan mulai besar. Tapi memang dasar Ray yang ambisius dan naluri bisnis yang memang kuat, dia meminta perubahan ini itu agar bisa menghasilkan lebih besar profit, ditolak oleh Dick & Mac. Ray terus cari akal hingga akhirnya menemukan cara, dibantu oleh konsultan keuangan yang tidak sengaja ketemu di bank. Ternyata rahasianya bukan di system, tapi asset lokasi. Dengan senjata itu, Ray mulai punya power untuk mengontrol McDonalds. Hingga akhirnya justru Dick & Mac yang harus menjual merk Mcdonalds ke Ray, karena Ray dan para investornya sudah terlalu besar untuk dilawan. Dan seperti yang kita lihat sekarang. McDonalds jadi restoran cepat saji terbesar di dunia.

Saya suka cerita ini. Saya memang selalu kagum dengan McD, brand yang sudah jadi makanan pokok di seluruh dunia. Dan selalu ada improvement. Yang paling saya takjub memang Speedy Systemnya, menurut saya the best. Pelayanan drive thru paling cepat di antara fast food yang lain. Kalau kita coba sendiri sekarang, ada 1 orang yang handle order plus kasir. Di dapur dan pintu akhir ada monitor yang memudahkan kru menyiapkan order. Brilian. Nama yang gampang diingat, System yang efektif, dan Logo-nya simple & berkarakter. Perfect. Kalau kata Ray, karakternya kayak Salib & Bendera Amerika digabung.  

Pesen terakhir di film ini dari Ray kenapa dia yang sudah tua tapi masih punya peluang sukses, “Presistence”. Wajib nonton bagi yang suka tentang autobiografi, bisnis dan pengembangan diri. Tapi kalau yang gak suka ya gak apa-apa, balik nonton sinetron Anak Langit aja. 😊

Author : Wiriyadhika Gunaputra




Comments

Popular Letter