Foto Tara Basro


Tara Basro 3 hari yang lalu bikin ribut. Memang ada dua jenis kelompok yang ribut. Yang satu ribut karena pro yang satunya kontra. Foto-foto di postingan IGnya hanya pakai bra dan celana dalam tapi tidak vulgar (menurut saya) dan tidak memicu nafsu (sekali lagi menurut saya) yang sayangnya sudah dihapus gara-gara ada suara-suara dari kominfo akan memperkarakannya karena mengandung pornografi. Di foto itu memang menampilkan lekukan tubuh, terutama bagian perut. Ada bagian yang tidak rata, tidak ideal, ngglambir. Dan di captionnya jelas bahwa dia sedang menyuarakan tentang mencintai bentuk tubuh kita apa adanya. Yang ribut dengan alasan mendukung tahu bahwa ini manfaatnya banyakkkk sekali dan pasti membantu secara mental bagi banyakkkk orang. Nah yang kontra ini saya masih menerka-nerka, membayangkan apa yang ada di pikirannya dengan mengkategorikan itu sebagai pornografi. Saya juga tidak paham yang porno itu fotonya atau kualitas isi kepala orang yang lihat. Saya tidak paham, otak saya tidak sampai ke sana. Mengapa sudut sisi pornografi itu selalu dilihat yang salah adalah objeknya? Kok tidak menyalahkan subjeknya? Padahal yang mempersepsikan itu adalah subjeknya bukan objek. Karena tiap subjek bisa mempersepsikan beda-beda tergantung kualitas isi kepala itu tadi. Sudahlah kalo bahas orang dengan kualitas yang seperti itu gak ada habisnya. Dan mereka juga gak akan ngerti. Ups… 😊

Kita coba lihat dari sisi yang positif ya yang melihat itu justru banyak ngasih support dan manfaat. 
Kenapa begitu ?

Bagi orang yang sadar bahwa semakin ke sini media sosial menjadi jujugan setiap orang. Menjadi panutan orang untuk melihat standard kesempurnaan. Entah itu secara finansial, ataupun yang paling banyak adalah BODY GOALS. Entah itu cewek atau cowok. Postingannya yang muncul terutama di kalangan selebritis adalah WORKOUT. Memang motivasi bagi public figure tersebut untuk mengajak kita semua untuk hidup sehat. Tubuh bagus sebagai bonus. Cuma saja, banyak hal menjadi mata pisau bermata dua. Mata yang sama-sama tajam ke atas dan bawah. Mungkin banyak yang merasa itu sebagai pressure daripada motivasi. Biasanya begitu. Ini pernah juga ditulis di edisi WGletters sebelumnya Media Sosial, Tekanan Hidup & Judgment

Kok bisa begitu ?

Begini. Ini menurut saya ya, bisa salah dan bisa bener. Dalam konteks kesempurnaan, keindahan secara fisik kita semua memiliki life background yang berbeda-beda. Tapi yang paling esensial adalah memiliki kesempatan yang berbeda. Tidak semua orang memiliki privilege atau keuntungan antara satu orang dan orang lain yang sama. Misalnya ada yang dilahirkan dalam keluarga yang mapan, harmonis, berkecukupan, memiliki pendidikan yang baik, tinggal dalam lingkungan yang nyaman dan positif. Tidak semua. Atau bahkan bisa dibilang, banyak.

Contoh nyata seorang Ibu muda, yang setelah melahirkan dengan bentuk tubuh yang sangat tidak proporsional karena menjalani operasi, menyusui dan sebagainya. Butuh waktu dan biaya besar untuk mengembalikan ke tubuh ideal dan cantik ( menurut standard media sosial ) 😊 . Mereka mungkin langsung harus bekerja membantu suami untuk menopang kehidupan keluarga, mengasuh bayinya sendiri tanpa bantuan baby sitter, menggunakan daster, dan lain sebagainya.  Apakah mereka punya waktu untuk nge gym? Apakah mereka punya waktu ke salon? Apakah mereka punya uang lebih untuk manicure? Bisa jadi tidak. Dan juga terkadang, makan-makanan dari catering sehat atau catering diet. Yang kalori,vitamin dan proteinnya sudah ditakar sedemikian rupa agar ideal. Waduh. Tidak semua bisa beli. Bahkan untuk makan hari ini saja tidak jelas bisa apa enggak. Otomatis diet alias tidak makan.

Dan juga kita semua terlahir tidak bisa customize sesuai keinginan. Lahir tiba-tiba aja kulitnya gelap. Papa mamanya tidak ada gen dengan tubuh tinggi, otomatis ya dia segitu. Atau mungkin lahir dengan metabolisme tubuh yang gampang sekali gemuk. Makan martabak manis 2 potong langsung timbangannya naik. Padahal ada juga orang yang makannya banyak berat badannya ya segitu-gitu aja. Kondisinya tiap orang berbeda. Bener gak ?

Postingan Tara Basro ini jika berhasil, dan tidak dicegah oleh sekelompok orang dengan kualitas isi kepala yang tadi, impactnya bakal gede. Mungkin puluhan dan ratusan public figure melakukan aksi yang sama maka akan sangat mengurangi pressure. Tekanan mental, pikiran bagi orang-orang yang selama ini insecure dengan bentuk fisiknya. Tidak puas. Tidak percaya diri. Tidak mensyukuri. Tidak berdamai dengan dirinya sendiri. Menjadi lebih bisa menerima diri apa adanya. Dan itu kelegaan dan membentuk kualitas mental yang sangat baik. Menjadikan orang yang lebih optimis, lebih produktif karena tidak memikirkan hal-hal yang tadi yang biasanya menjadi beban terbesar dalam alam bawah sadarnya.

Sayangnya postingan itu sudah dihapus. Sayang sekali. Memang, kadang-kadang ada yang lucu. Mana yang dilarang malah dibiarkan. Yang bagus malah dilarang. Tapi saya sadar, ya karena kualitas isi kepala tadi. 😊

                                                                                       sumber gambar : gmuforthestate.com


Comments

Popular Letter