The Last Dance
Bagi pecinta
basket pasti tahu Chicago Bulls, bagi yang agak suka basket juga pasti pernah
denger Chicago Bulls, tapi buat kalian semua yang tidak tahu olahraga apa itu
basket, gimana cara mainnya apalagi peraturannya pasti tahu nama ini. Michael
Jordan.
Netflix membuat
film dokumenter The Last Dance tentang Chicago Bulls & Jordan. The Last
Dance menyajikan kejadian-kejadian yang belum pernah diungkap oleh media apapun
selengkap, sekomplit dan sedalam ini. Sangat detail, sangat personal. Kenapa
diambil judul itu? Karena ini adalah periode akhir masa jaya Chicago Bulls
tahun 1997/1998.
Chicago Bulls
memenangkan NBA 6 kali berturut-turut dari tahun 1991 – 1997 !. Tidak ada klub
olahraga dimanapun yang sesukses mereka. Bahkan disebut-sebut, Chicago Bulls
adalah klub terbaik sepanjang sejarah olahraga yang pernah ada di muka bumi
hingga detik ini. Padahal sebelumnya, mereka hanya klub papan tengah. Biasa
saja. Di masa itu NBA dikuasai oleh Celtic, Lakers, Pistons.
Film ini justru
menitikberatkan kepada masa-masa akhir The Dream Team tersebut, di akhir musim
1997/1998. Dimana banyak konflik, banyak dilema apakah dinasti ini akan
diteruskan atau justru akan dibubarkan.
Alurnya pun
menarik, dibuat maju mundur.
Dari 6 episode
yang sudah rilis. Durasinya antara 48 - 50 menit Di awal digambarkan situasi
dilema tersebut. Media-media meliput dari issue yang beredar hingga statement
dari manajemen bahwa akan ada perubahan skuad besar-besaran setelah jadi juara
ke 6 kali.
Kemudian mundur
ke waktu-waktu awal Michael Jordan merintis karier hingga sampai benar-benar
direkrut oleh Chicago Bulls. Bagaimana karakter Michael Jordan. Kenapa bisa
menjadi ikon dunia seperti sekarang ? Bagaimana kerja keras MJ selama karir, betapa
keras MJ berkompetisi dengan dirinya sendiri, pengaruh leadership MJ
terhadap tim dan organisasi bahkan di industry, bagaimana MJ mengalami puluhan
kegagalan, kekalahan yang menyakitkan di pertandingan-pertandingan penting.
Cara dia bangkit dari kegagalan, memotivasi dirinya sendiri. Amazing. Gaya hidup dari keluarga sederhana tiba-tiba
menjadi miliarder di usia sangat muda hingga hari ini. Lingkungan apa yang
membentuk MJ menjadi begitu kompetitif sebagai atlit. Bagaimana terjun di dunia
bisnis sepatu Air Jordan yang mendunia seperti sekarang, yang menjadi pionir di
industry basket. Kenapa akhirnya Nike menjadi partner padahal MJ lebih suka
Adidas. Semuanya dikupas tuntas.. tas…tas setajam silet. 😊 . Dan juga sisa gelap MJ
sebagai manusia biasa, menghadapi tuntutan public, media dan lain sebagainya yang
banyak membuat orang menjadi depresi tapi MJ tidak. Dan kebiasaan judinya,
bukan karena kecanduan judi tapi itu karena sifat kompetitifnya. Ada satu scene
interview dengan salah satu teammate MJ, mereka biasa berjudi bermain kartu di
pesawat selama perjalanan, MJ, Pippen dll bermain dengan taruhan ribuan dollar,
sedangkan Sebagian hanya main dengan $1 saja. Tapi MJ ikut nimbrung, lalu
temannya itu tanya “Kenapa kamu ikut di kelompok kami? Kami hanya main $1.
Jawab MJ, “Aku bukan melihat nominal, tapi aku ingin uangmu masuk ke kantongku”.
Di dream team
Bulls kita tahu MJ tidak sendirian, ada partner dan pelatih yang
mengelilinginya. Mungkin tanpa mereka, MJ tidak akan menjadi seperti sekarang.
Ada coach Phil Jackson, Scottie Pippen, Dennis Rodman. Bagaimana hubungan
kedekatan MJ, Phil, Scottie, Dennis sehingga begitu menyatu di tim.
Mereka juga
“dikuliti” satu per satu di episode yang terpisah.
Yang paling
menarik buat saya adalah episode Scottie Pippen. Karena pemain ini cenderung
tertutup, tidak sefenomenal MJ di media. Tapi perannya sangat penting di tim. Scottie
adalah pemain terbaik ke 2 di NBA. Tapi faktanya adalah, gajinya hanya
peringkat 122 di NBA. Ironis. Itu yang
menjadi pemicu konflik Scottie dengan manajemen, apalagi ditambah di sebelumnya
ada issue Scottie akan ditukar ke klub lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa Scottie
adalah kayak Robin buat sang Batman, MJ. Karena sebelum kedatangan Scottie, MJ
menjadi sentral permainan. Bekerja keras sendirian. Mencetak skor tertinggi
tapi selalu gagal juara. Konfliknya dengan manajemen terutama GM Jerry Krause.
Sang Pelatih,
Phil Jackson juga dikupas habis. Cerita awal karir sebagai pemain, hingga
menjadi pelatih Chicago Bulls. Metode pendekatannya ke pemain-pemain yang
membuat pemain Bulls begitu percaya, dekat hingga seperti teman. Bagaimana
menangani Bad Boy Dennis Rodman yang selalu membuat kontroversial. Ada satu
strategi yang ditampilkan yang menarik. Ternyata strategi “Segitiga” sudah
dipakai tahun itu. Mungkin ini juga yang mengilhami Pep Guardiola di Barcelona
dengan Tiki Taka nya. Mirip sekali. Penempatan dan rotasi pemainnya.
Buat generasi
tahun 70-80an ini keren banget, wajib nonton sih karena mengalami langsung,
menonton langsung pertandingan The Dream Team Chicago Bulls saat itu. Pengen
tahu lebih dekat, lebih dalam dan yang bisa bikin di kepala “ Ooooo…begini
ceritanya “. Karena media-media Indonesia saat itu tidak banyak membahas ini,
jadi yang tahu hanya dari sisi olahraganya saja. Yang sudah rilis 6 episode,
bakal ada episode baru tiap minggunya. Sudah gak sabar nunggu yang baru. 😊 Banyak hal positif kok yang
bisa diambil dari film ini. Buanyak sekali. Tergantung kita.
sumber gambar : si.com
Comments
Post a Comment