Mas Menteri

 Saya tidak kenal Nadiem. Saya hanya tahu. Berbeda dengan Pak Jokowi yang tahu Nadiem. Pak Jokowi pun kenal Nadiem. Kesamaan Pak Jokowi dan saya, hanya sama-sama yakin dengan kemampuan Nadiem. Pak Jokowi memberi tanggung jawab tambahan  dengan menggabungkan kemendikbud dan kemenristek. Padahal kita ingat betul, bahwa hampir di setiap kabinet selalu diemban oleh dua orang Menteri karena scope dan tanggung jawabnya besar dan kompleks karena menyangkut dengan Sumber Daya Manusia yang menjadi tulang punggung kedaulatan dan kemajuan bangsa.  Bagaimana tidak kompleks, penduduk Indonesia sendiri sudah 270juta orang yang tersebar di belasan ribu pulau dan ratusan suku. Dan hingga saat ini tantangan bukannya semakin mudah malah bertambah kompleks dan tinggi karena tuntutan jaman yang maju.

Dan Nadiem ditunjuk menjadi “CEO” untuk urusan SDM ini karena menangani prosesnya dari hulu hingga hilir. Coba kita bayangkan saja menjadi Nadiem bagaiman dia membangun system pendidikan sejak usia dini ( sekitar usia 2-3 tahun ) hingga nanti siap bersaing di industry global ( sekitar usia 25- 30 tahun ). Saya setuju bahwa ini harus dihandle oleh satu orang agar proses planning dan eksekusinya bisa pas. Bukan tidak nyambung seperti sekarang ini. Banyak proses yang terputus dan ada missing link. Dan juga kenapa harus satu orang, karena road mapnya pasti jangka panjang sehingga visinya jelas ke mana tujuan akhirnya.

Kenapa Nadiem ? Menurut saya, kita tahu bahwa Nadiem adalah sosok dengan kualitas global. Dia tahu kebutuhan dunia saat ini seperti apa, bagaimana bisa bersaing dengan kompetisi global. Mau bukti ? Coba cek di HP anda ataupun lihat di jalan raya apa ada driver UBER? Sudah tidak ada kan? Karena mereka “ditendang” oleh Gojek-nya Nadiem. Belum lagi mereka juga ekspansi di Thailand, Singapura dan Vietnam. Valuasi Gojek saat ini sudah $10 Miliar alias Rp. 140 Triliun. Sebuah start up yang berawal dari hanya punya 1 driver dan ordernya pun lewat customer service. Belum lagi grit dan resilience Nadiem sudah teruji. Membangun bisnis sebesar itu sudah pasti tantangan dan prsessurenya banyak plus macam-macam. Awal-awal Gojek mulai berkembang, demo ada di mana-mana. Belum lagi perlawanan dari ojek pengkolan dan taksi-taksi local maupun nasional. Hasilnya? Bisa dilewati, bahkan mereka yang dulu melawan sekarang akhirnya juga ikut bergabung karena memang Gojek menjadi solusi di tengah  kebutuhan orang saat ini.   Nadiem tahu itu, dan tahu bagaimana eksekusi idenya. Jadi tidak salah Pak Jokowi memilih Nadiem menjadi Mas Menteri lagi.

Sebelum ada reshuffle ini, saya membaca berita-berita di koran maupun di TV banyak sekali yang komentar miring tentang Mas Menteri. Apalagi setelah posting di Instagram-nya bersama Bu Megawati. Banyak yang mengira kalau Nadiem berpolitik dengan mencari dukungan ke sana sini supaya posisinya sebagai menteri tidak diganggu. Menurut saya, ini kok pengamat-pengamat politik ini sempit sekali pandangannya mungkin menyamakan Nadiem dengan dirinya atau orang-orang yang punya kualitas sama dengan pengamat-pengamat itu. Nadiem tidak perlu jabatan menteri, dia bukan orang yang mengejar jabatan apalagi di birokrasi. Wong sebagai CEO-nya Gojek aja jarang exist di media social ( bahkan sebelum jadi menteri, dia tidak punya akun IG ) karena sibuk membesarkan Gojeknya. Kekayaan Nadiem yang Rp. 1,2 Triliun juga sudah lebih dari cukup tidak perlu lagi cari uang dari menjadi pejabat publik. Saya sungguh tidak paham bagaimana cara berpikir orang-orang tersebut.

Daripada bingung dan berasumsi kemana-mana mending berkarya dengan nyata dan mendukung program-program yang bisa membangun kualitas SDM Indonesia supaya bisa lebih baik, bisa bersaing di kancah internasional. Memang mungkin banyak yang iri dengan Mas Menteri. Wajar. Sudah jadi bos perusahaan besar, kaya, keluarga harmonis masih jadi orang kepercayaan Presiden lagi. Saya memang mengidolakan Mas Menteri, menulis tentang Nadiem juga sudah tiga kali ini.  Karena memang kagum dengan karakternya. Lebih banyak aksi daripada bicara. Mungkin saya terlambat menulis ini, tapi semoga tetap bisa memberikan pandangan yang lebih “nggenah” ( bahasa Jawa dari kata benar ). Selamat hari Pendidikan Nasional dan selamat bertugas Mas Menteri !

                                                                                                            sumber gambar : detik.com


Comments

Popular Letter