Work Life Balance ?
Ada yang sudah tahu istilah Work Life
Balance? Mungkin sudah banyak yang tahu ya, bahkan sudah sering dibahas juga di Youtube, Instagram, Spotify dan platform lain oleh masyarakat terutama kalangan
milenial saat ini.
Tapi sebetulnya apakah Work Life Balance
itu?
Muncul pertama kali di tahun 1970an
di Inggris. Secara umum konsepnya adalah keseimbangan pembagian waktu antara
dunia kerja dan kehidupan pribadi. Jadi dalam kurun waktu tertentu, bisa
membagi dengan “adil” seberapa banyak waktu yang dihabiskan dalam bekerja dan
berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk kesenangan pribadi.
Ya kira-kira begitulah inti
pemikirannya…
Konsep tersebut awalnya dalam
konteks perusahaan dimana agar dengan menjaga kualitas hidup karyawan sehingga
produktifitas lebih meningkat. Karena terhindar dari stress, burn out,
dan lain sebagainya yang justru sangat mempengaruhi kualitas kinerja karyawan.
Saya sangat setuju sekali. 100%.
No Debat.
Namun seiring berjalannya waktu,
sepertinya konsep ini bergeser dari yang mestinya itu adalah untuk kepentingan
organisasi menjadi kepentingan pribadi.
Nah ini yang mau saya coba
luruskan dari perspektif saya. Bisa salah bisa juga benar. Tergantung bagaimana
Anda memahaminya. Meskipun ini pendapat pribadi tapi sudah banyak bukti nyata.
Apakah saya menentang konsep Work
Life Balance ? Tidak. Sama sekali tidak. Itu adalah pilihan masing-masing
orang. Saya bertanggung jawab terhadap hidup saya. Dan Anda juga bertanggung
jawab terhadap hidup Anda sendiri. Jadi pilihan ada di masing-masing pribadi.
Sama seperti citarasa, selera
makanan, selera fashion. Tiap orang berbeda-beda. Bagus, jelek, cocok, tidak
cocok itu relative.
Sebelum saya menjelaskan, saya tegaskan
kembali bahwa kata Work di sini adalah kehidupan yang fokusnya ke pekerjaan,
bukan jam kerja. Jadi lebih kepada aktivitas yang menunjang pekerjaan. Pikiran,
tenaga, dan lainnya. Kembali lagi bahwa penekanannya adalah ke Fokus kepada
pekerjaan bukan jam kerja.
Saya sejak awal kurang sreg
dengan konsep Work Life Balance yang untuk pribadi. Sekali lagi untuk pribadi.
Hanya saja saya belum nemu istilah yang pas untuk mengoreksi istilah itu.
Hingga akhirnya saya dengar di
podcast Handry Satriago, CEO General Electric Indonesia menyebutkan istilah “Work
Life Harmony”.
Nahhh…ini yang lebih pas menurut
saya.
Kenapa saya setuju Work Life Harmony?
Jadi begini, menurut saya dalam pembagian
waktu dan kesenangan pribadi itu tidak ada yang benar-benar seimbang. Tidak akan
pernah seimbang. Jadi daripada saya terus stress mencari keseimbangan yang tidak
akan pernah terjadi itu maka saya harus mengharmonisasikannya.
Work dan life itu juga bukan
harus memilih salah satu. Tidak begitu juga. Dua-duanya harus berjalan
seiringan.
Karena sebetulnya antara Work dan
Life itu sebuah trade off. Yakni seperti kesepakatan. Mana yang
didahulukan menurut kebutuhan saat ini. Mana yang membutuhkan tenaga, focus,
dan effort kita sekarang. Sekali lagi, bukan berarti mengabaikan salah satunya.
Sebenarnya, sudah banyak success
story dari tokoh-tokoh sukses. Yang paling dikenal orang adalah Bill Gates,
Steve Jobs, Jack Ma, Jeff Bezos dan kalau di dalam negeri kita tahu Dahlan Iskan,
Chairul Tanjung dan masih banyak yang lainnya.
Di serial documenter Inside Bill’s
Brain di Netflix yang menguak kehidupan Bill Gates, di situ dia bercerita bahwa
pada awal-awal dia membangun Microsoft, dia hanya tidur 3-4 jam sehari. Dan
saat ini dia juga masih rutin membaca buku setidaknya 10 buku dalam sebulan.
Jadi dalam setahun dia menghabiskan 120 buku.
Kalau di dalam negeri, kisah
sukses yang pernah saya baca dan dengar dari beberapa acara interview adalah
Dahlan Iskan founder Jawa Pos. Sama juga, Pak Dahlan juga hanya tidur 3-4 jam
sehari selama membangun Jawa Pos.
Beda lagi, dengan Chairul Tanjung,
owner Transcorp dan masuk sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia
tersebut mengatakan bahwa dia bekerja selama 16 jam sehari dan itu tidak
berubah hingga sekarang.
Satu contoh terakhir. Dan juga salah
satu tokoh idola saya, Ignasius Jonan. Mantan Dirut PT KAI. Legacynya luar biasa
membenahi transportasi kereta api Indonesia yang sebelum era-nya carut marut tidak
karuan. Sekarang jadi salah satu moda transportasi favorit rakyat karena
kenyamanan dan keamanannya.
Pak Jonan pernah bercerita di
suatu interview, selama menjabat Dirut KAI selama 7 tahun, mungkin kalau
ditotal hanya 4-5 bulan saja waktunya sama keluarga. Sisanya keliling dari satu
stasiun ke stasiun lainnya di seluruh Indonesia.
Waktu ditanya oleh host acara
interview karena kesibukannya mengatur kereta api, “ Lalu bagaimana dengan
keluarga Bapak? Apakah ada complain? “. Pak Jonan menjawab enteng sekali, “
Masih hidup semua”. Wkwkwkwk..
Saya yakin bahwa mereka juga
tidak peduli dengan konsep Work Life Balance. Lalu apa hubungannya dengan Work
Life Harmony?
Jadi kenapa disebut harmoni,
karena dua-duanya harus berjalan bersamaan dan saling terkait satu sama lain.
Sehingga dibutuhkan saling mengerti.
Apakah salah jika ada orang yang hidupnya
mayoritas dihabiskan ke pekerjaannya? Tidak.
Apakah salah jika ada orang yang
hidupnya mayoritas dihabiskan untuk kesenangan pribadinya ? Tidak.
Kembali lagi bahwa itu adalah
pilihan masing-masing. Yang penting tahu konsekwensinya.
Karena hanya diri kita yang tahu, kapan berhenti kapan memulai. Sebarapa banyak waktu untuk bekerja dan seberapa banyak waktu untuk istirahat. Hal ini sudah saya pernah tulis juga di Sate Motivasi
Bill Gates, Dahlan Iskan, Chairul
Tanjung, Ignasius Jonan mendedikasikan hidupnya untuk profesinya. Selama
bertahun-tahun mungkin bisa dibilang tidak punya kehidupan. Tapi mereka enjoy
menjalaninya. Kita bisa lihat hasil kerja kerasnya sekarang.
Dia masa-masa paruh bayanya,
mereka bisa menikmati hidup. Menghabiskan waktu jauh lebih banyak dan lebih
berkualitas daripada jika dilakukan saat itu. Itulah yang disebut harmonisasi.
Mungkin menikmatinya tidak di waktu bersamaan. Harus ada yang mengalah. Harus
ada yang mengerti.
Jadi bagi para pekerja keras,
tidak usah khawatir jika disebut workaholic ataupun tidak punya dunia, tidak
asik, tidak gaul, tidak menikmati hidup. Tidak ada masalah. Semua itu nanti
akan terbayar pada waktunya.
Jadi, masih mau cari keseimbangan
atau harmonisasi?
sumber gambar : istockphoto.com
Comments
Post a Comment